xbetcNBul4WQTiAXe5Wj0youglaF4UAQjBlvC4sS
Bookmark

Puasa Tapi Tidak Sholat, Apa Hukumnya?

Puasa Tapi Tidak Sholat, Apa Hukumnya?

Menjalani ibadah puasa sebulan penuh di bulan Ramadan adalah suatu kewajiban bagi umat Islam. Tidak hanya sebagai salah satu dari lima rukun Islam, puasa Ramadan juga merupakan momen bersejarah yang penuh berkah. Namun, dalam menjalankan ibadah puasa, terkadang kita temui situasi di mana sebagian umat Muslim fokus pada puasa namun kurang memperhatikan shalat lima waktu.

Padahal, shalat lima waktu adalah kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap orang yang beriman. Waktu-waktu shalat telah ditentukan dengan jelas berdasarkan ketentuan syariah, yakni lima kali sehari. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa ayat 103:

اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا

Artinya: "Sesungguhnya sholat itu merupakan kewajiban yang waktunya telah ditentukan atas orang-orang mukmin." (QS An-Nisa: 103).

Dikutip dari buku Fikih Empat Madzhab Jilid 1 karya Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, Rasulullah SAW pernah mengatakan, "Yang membedakan seseorang di antara kalian dengan orang kafir adalah meninggalkan sholat." (HR Muslim).

Sholat lima waktu memiliki kedudukan yang sangat penting, karena di akhirat nanti amalan ini akan dihisab pertama kali.

Namun, muncul pertanyaan, bagaimana hukumnya orang yang berpuasa namun tidak menunaikan sholat? Apakah puasanya tetap sah?

Hukum Puasa Bagi yang Meninggalkan Sholat

Tentang puasa namun tidak sholat, terdapat beberapa pendapat dari para ulama. Ruhyat Ahmad dalam bukunya Panduan Ramadan: Bekal Meraih Ramadhan Penuh Berkah, menyatakan bahwa para ulama memiliki pandangan yang berbeda mengenai hukum puasa bagi orang yang meninggalkan sholat.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin berpendapat, "Puasa yang dilakukan oleh orang yang meninggalkan sholat tidak akan diterima, karena meninggalkan sholat berarti kafir dan murtad."

Dalil bahwa meninggalkan sholat dianggap sebagai tindakan kekafiran dijelaskan dalam Al-Qur'an surat At-Taubah ayat 11:

فَإِن تَابُوا۟ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُا۟ ٱلزَّكَوٰةَ فَإِخْوَٰنُكُمْ فِى ٱلدِّينِ ۗ وَنُفَصِّلُ ٱلْءَايَٰتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

Artinya: "Jika mereka bertaubat, menegakkan sholat, dan menunaikan zakat, mereka adalah saudara-saudaramu seagama. Dan kami menjelaskan secara terperinci ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui" (QS At-Taubah: 11).

Alasan lain berdasarkan ucapan Rasulullah SAW, "Perjanjian kami dengan mereka (orang kafir) adalah tentang sholat. Siapa yang meninggalkannya, maka dia telah kafir." (HR An-Nasa'i, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Mayoritas sahabat Nabi berpendapat bahwa meninggalkan sholat adalah kekafiran. Pendapat ini bahkan dianggap sebagai ijma' atau kesepakatan para sahabat.

Abdullah bin Syaqiq, seorang tabi'in terkenal, pernah mengatakan, "Para sahabat Nabi SAW tidak pernah menganggap suatu amalan yang apabila ditinggalkan akan menyebabkan seseorang kafir selain sholat." (HR At Tirmidzi).

Beberapa ulama berpendapat bahwa seseorang yang berpuasa tetapi tidak melakukan sholat lima waktu karena malas hingga habis waktunya, masih dianggap muslim dan puasanya tidak batal. Namun, secara hukum fiqih, puasanya tidak bernilai apa pun dan pahalanya akan berkurang.

Oleh karena itu, meninggalkan sholat dapat membuat ibadah puasa menjadi sia-sia. Sebagian ulama bahkan menyebutkan bahwa orang yang tidak pernah sholat dan kemudian berpuasa dapat dianggap kafir, sehingga mereka tidak akan mendapatkan pahala puasa.

Dalam sebuah video yang diunggah di Youtube, Ustaz Adi Hidayat menjelaskan bahwa Allah tidak membutuhkan puasa dari orang-orang yang tidak dapat menahan diri dari maksiat. Misalnya, berpuasa namun tetap melakukan tindakan mencuri atau berkata-kata kasar.

"Orang yang berpuasa namun tidak dapat mengendalikan ucapannya, menggunakan kata-kata kasar dan tidak pantas, maka puasanya tidaklah berguna. Jika ada seseorang yang berpuasa namun senang melakukan tindakan pencurian atau mencela orang lain, seperti yang dikatakan oleh Nabi, Allah tidak memerlukan puasanya," ungkap Ustaz Adi Hidayat.

Ustaz Adi Hidayat menjelaskan bahwa tujuan utama dari puasa adalah untuk melindungi diri dari perbuatan maksiat. Jika seseorang berpuasa namun masih terus melakukan perbuatan maksiat, itu berarti ada yang salah dengan puasanya.

"Jika seseorang berpuasa namun tetap melakukan perbuatan maksiat, Allah tidak memerlukan puasanya. Apalagi bagi yang meninggalkan sholat," tambahnya.

Buya Yahya menyarankan bahwa bagi yang berpuasa namun tidak sholat, sebaiknya didoakan agar ibadahnya menjadi lebih sempurna.

"Alhamdulillah, jika ada yang sering meninggalkan sholat tetapi masih berpuasa. Yang lebih mengkhawatirkan adalah yang sudah tidak sholat dan tidak berpuasa. Semoga dengan berpuasanya, dia bisa menyempurnakan ibadahnya dengan sholat," ujar Buya Yahya di channel Al-Bahjah TV.

Meskipun demikian, Buya Yahya mengingatkan bahwa meninggalkan sholat wajib termasuk dosa besar. Namun, sebagai sesama muslim, sebaiknya kita tidak merendahkan mereka yang meninggalkan sholat dengan berkata-kata yang tidak baik.

"Jika kita melihat orang-orang seperti itu, jangan langsung menghakimi dan merendahkan, tetapi kita doakan," katanya.

Post a Comment

Post a Comment